Selasa, 04 Juni 2013

PRODUCER OF FLASH GAME : ARC 1 : FLASH GAME no PRODUCER : Chapter 1 : PROLOG

ARC 1 : FLASH GAME no PRODUCER : Bab 1 : PROLOG

   Kawan, aku akan memberitahu perjalanan kesuksesanku menjadi Developer Game Online Indonesia. Namaku adalah Handoko Suyanto. Terserah mau memanggil memakai nama depan atau nama belakang. Kedua-duanya bagus untuk dipanggil. Oh ya, hari itu, 20 Juli 2013, adalah momen yang sangat berharga dalam meraih Ijazah SMP untuk melanjutkan ke SMA Terbaik. Aku merasa terharu sekali kawan. Baru sekarang ini aku merasakan kekuatan yang luar biasa yang pernah dirasakan semenjak lulus SD. Sesambil aku merasakan energi yang super dahsyat itu, dari ujung Gerbang tempat ini muncul sesosok lelaki. Sepertinya sosok tersebut tidak asing bagiku. Aku lihat-lihat lebih lanjut. Ternyata sahabatku sejak kecil, Brian Irwansyah!

“Hai, Suyanto! Bagaimana acaranya? Sudah dimulai?”
“Sebenarnya sih belum dimulai. Tapi terima kasih sudah datang”
“Sama-sama. Perpisahan untuk sekolahku sih 2 hari yang lalu. Tapi aku gembira mendengar kamu lulus.”
“Oooo. Terus bagaimana hubunganmu dengan Feriska Rama Dian? Masih serius?”
“Lumayan kok. Gak terlalu pisah juga sih. Oh ya, bagaimana kabar si Gamer Geovani Sutrisno? Kudengar dia sering bolos dari sekolah dari teman sekelasku.”
“Lumayan baik. Oooo, si Gamer-otaku itu. Kalau dia sih ya begitu saja, PR jalan terus. Terus kalau ada tugas sekolah, dia langsung membaca mention kawannya di Twitter. Ada masalah dengannya?”
“Ehm, tidak. Kudengar dia juga lulus terbaik dengan tanpa melihat absensinya. Sepertinya dasawarsa Pramuka tidak meluncur ke kita ya? Saat yang terbaik dikalahkan dengan orang yang pas-pasan dalam belajar.”
“Benar-benar PARADOX hidup ini...”

Lalu kamipun masuk ke Gedung perpisahan yang sudah ditentukan oleh para staf guru SMP-ku itu. Suasana disana sangatlah ramai. Dan terlebih lagi lokasi duduknya dibagi dengan kelas yang sesuai. Disaat itu aku bertemu dengan salah satu guru yang pernah mengajariku privat. Dia bernama Budi Santoso, guru dibidang Komputer Jaringan. Aku semakin mendekat dengannya.

“Selamat pagi pak!”
“Ya, Handoko, selamat pagi. Tumben sekarang masuknya lebih pagi, ada yang berubah darimu ya?”
“Eh tidak pak, malah saya semakin bersemangat karena akan masuk sekolah lanjutan.”
“Kalau bisa sih pertahankan sampai lulus SMA, oke, Handoko?”
“Baik pak! Tapi saya belum menanyakan kabar kepadamu pak, kabar bapak baik?”
“Buruk! Malah setelah UAN kamu, semakin buruk.”
“Weleh, ada masalah apa dengan bapak? Bapak diancam oleh seseorang? Kalau bisa saya panggilkan junior yang ikut Karate!”

Wajah pak Budipun penuh dengan kecemasan.

“Begini, Handoko. Teman bapak, seorang Game Programmer, Ginga Amirul Muizz, dikalahkan peringkatnya oleh seorang yang dari Bekasi.”

Akupun menenangkan pak Handoko yang sekarang sedang cemas.

“Tenang pak, yang namanya berkompetisi itu membutuhkan sportifitas. Dan wajar kalau teman bapak dikalahkan olehnya.”
“Masalahnya dia setelah meraih kelas Profesional Mancanegara, dia akan mengambil alih seluruh pasar penjualan game. Dan game favorit bapak yang Mario Bros dan Battlefield 3 adalah salah satunya.”
“Kalau begitu aku tidak mau ikut campur deh. Karena...”

Pak Budi menyanggah.

“Game favorit kamu DOTA, Rising Force Online,dan Nusantara Warriors Online, kan?”
“Iya pak. Memangnya kenapa?”
“Game-game tersebut juga akan di banned di pasar game dunia.”

Aku sedikit shock saat itu.

“Handoko, kamu tidak apa-apa kan?”
“Tidak pak, hanya shock sedikit.”
“Handoko, nanti setelah selesai acara, kita lanjutkan pembicaraan kita. Acara perpisahannya mau dimulai tuh”
“Baik pak. Sampai jumpa”

Acara itu berjalan dengan tidak ada perasaan senang dariku. Aku duduk di sebelah temanku yang bernama Fauzi Umayah. Dia sedikit lebih pendek dariku. Tapi aku percaya padanya bahwa, dia bisa menenangkan aku. Dia juga manga-ka untuk komik strip di rubrik mading sekolah. Dia cukup populer di kalangan OSIS dan Pecinta alam. Aku merasa terbantu didekatnya. Dia memulai percakapannya.

“Hey, bro! Apa kabar?”
“Buruk, cuy. Ada masalah serius.”
“Tenang. Aku kan penenang masalah dari 3 tahun yang lalu hanya untukmu. Terus apa masalahnya?”
“Kamu suka game kan? Game apa yang sedang kamu ikutkan?”
“Iya. Game Sengoku Basara 3, Resident Evil Bio Hazard, Halo, lalu Sim City Sociates. Kenapa?”
“Kamu tahu berita game programmer yang berasal dari Bekasi kan?”
“Iya. Kalau tidak salah, dia melaju sebagai Game Programmer hanyalah untuk membuat bangga Indonesia, karena satu-satunya Game Programmer profesional yang asli berasal dari Dayak. Kau tahu kan, bahwa Dayak adalah suku terbelakang jika dilihat dari lokasi penduduknya?”
“Iya sih. Namun dia ternyata punya obsesi tersembunyi. Ini didapat dari Guru kita, Pak Budi. Dia bukanlah membuat bangga Indonesia secara positif, namun secara negatif.”
“Negatif? Tunggu dulu. Di TV diberitakan dia direkam dengan wajah semangat. Dan aku analisis wajahnya itu, dia tidak punya obsesi yang lain.”

Ternyata aku salah memilih teman curhat seperti dia. Maka aku memulai desakan.

“Kalau kamu juga seorang gamer, maka lindungilah semua game yang sedang kamu ikuti itu, kawan?”
“Maksudmu apa?” Dia membuat tanda tanya besar.
“Dia ingin Indonesia dikenal sebagai Diktator game, bukan sebagai aliansi dunia.”

Fauzi semakin bertanya-tanya. ”Aku tidak mengerti.”

“Dia sengaja pasang muka seperti itu untuk meyakinkan Dunia bahwa, Dia akan datang di Studio Square Enix untuk bekerja sama. Namun dibalik pekerjaannya itu, dia juga akan memulai kegiatan Mem-banned game Square Enix yang tidak dia sukai pada malam harinya.”
“Aku sih tenang saja, karena gameku tidak akan...”
“JUGA AKAN DIBANNED!”

Aku berteriak didalam ruangan itu disaat Pembawa Acara menyampaikan acara selanjutnya. Aku pun ditegur secara lembut oleh Kepala Sekolah. Akupun malu dan semakin mengatur emosiku. Fauzipun bertanya kembali.

“Be-be-benarkah itu, Handoko?”
“I..i..iya , benar sekali. Apa yang kamu akan lakukan selanjutnya?”
“Karena aku gamer juga. Maka akan kuputuskan untuk mengambil target ITB sebagai jalan kuliahku...”
“Jalanmu masih panjang. Tidakkah ada jalan yang paling dekat?”
“Iya sih benar sekali. SMA saja 3 tahun. Belum lagi kalau tidak lulus, 4 tahun. Bagaimana nih Handoko?”
“kamu harus pertaruhkan kehidupanmu dan belajar secara otodidak, tentunya sebagai Game programmer.”
“Ide bagus, akan aku hentikan program mading...”
“Tidak usah. Kamu juga lanjutkan karyamu dan di lain waktu kamu belajar program juga. Bagaimana?”
“Ide bagus. Jadi aku akan membuat komik, dan setelah itu, komikku juga dibuat game parodinya. Setujukah, Handoko?”
“Bagus. Jadi apakah kamu mau menjadi aliansi kami, sebagai Pejuang Indonesia?”
“Mau!”Dia antusias mendengar ucapanku.
“Bagus. Kegiatan kita bakal dimulai sejak masa Orientasi siswa SMA dan berakhir saat dia dipastikan kalah.”

Obrolan kamipun terhenti sementara saat acara penyerahan Ijazah SMP dan diikuti oleh acara lempar Topi wisuda. Setelah acara itu berakhir, kamipun bersama-sama menuju pak Budi untuk membicarakan hal tersebut.
“Hai, Handoko!” Pak Budipun menyapa kami dengan wajah penuh perhatian.
”Ya pak Budi, ada apa?”
“Tidak apa-apa. Handoko sudah baik keadaannya?”
“Saya sudah mendingan pak! Pak ada yang bergabung di Pejuang Indonesia!”
“Oh, dia ya, yang si pegawai Mading sekolah. Punya keahlian apa kamu, Fauzi?”

Pak Budipun menanyai Fauzi dengan penuh ketidak-pastian.

“Sebenarnya sih tidak punya keahlian. Namun, saya bisa otodidak sendiri kok!”
“Bagus. Handoko, kamu sudah mendapatkan pasukan sendiri. Fauzi, jangan tinggalkan kegiatan madingmu. Ok?”

Fauzi pun mengacungkan jempol sembari mengatakan,”Baik pak! Akan saya usahakan yang terbaik.”

“Handoko, tingkatkan belajar kamu. Jangan terlambat lagi.”
“Baik pak. Saya tidak akan terlambat lagi.”
“Baiklah, bapak mau langsung ke kost-nya Ginga dulu ya? Langsung pulang ya! Didepan graha Cijantung tempat yang rawan.”

Kamipun menjawab nasihat singkat Pak Budi itu.

”Baik pak! Kamipun mau langsung konvoi dengan teman sekelas mengelilingi Jakarta Timur lewat jalur aman!”
“Hati-hati ya, kalian di konvoi!”
“Baik pak!”

Itulah mungkin terakhir kalinya aku mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Dia akan mulai bertarung dengan pem-banned tengik itu. Tidak tahu apakah Cuma dengan program atau langsung memakai fisik.
Akupun keluar dengan ditemui oleh Brian, kawanku yang sudah lama menunggu diluar demi menunggu kami.

“Handoko, lama sekali sih! Aku jadi menghabiskan beberapa lembar uang 20 ribuan cuman buat beli Hokben di Graha sana.”
“Iya, gara-gara aku berbicara terlalu keras, aku ditegur oleh Kepala Sekolah. Memalukan sekali, kan?”
“Oh ya sih. Aku sempat mendengar suara keras dari dalam.”
“Sudahlah, obrolnya disudahkan dulu. Kita mau konvoi nih!”
“Konvoi? Terus aku harus bagaimana? Aku kan niat gak bawa motor?”
“Kalau begitu, naiklah dimotorku. Oh ya, belum kukenalkan. Ini namanya Fauzi Umayah. Dia anak mading di sekolahku.”
“Oh, kalau begitu aku Brian Irwansyah.”

Fauzipun menjawabnya.” Oh ya, salam kenal, Brian.”

“Tenang, Brian, dia bawa motor kok!”
“Kalau begitu aku sudah mulai menaiki motormu yang penuh gaya.”
“Iya sih meskipun tidak pernah dimodifikasi, namun ini masih terlihat keren kan?”
“Yap, Handoko, ayo kita mulai convoinya!”

Aku segera menjelaskan kejadian yang akan terjadi.

“Kita menunggu ketua kelas dulu, barulah kita memulai convoinya.”
“Baiklah, Handoko. Aku turut mengikuti...”

Fauzipun memberitahu sekitar....

“Hei, Handoko. Ketua kelas sudah keluar tuh. Mau menyalakan motornya duluan?”
Akupun menyanggahnya.
“Tunggu dulu. Apa benar, dia sendirian, Fauzi?”

Fauzi langsung menyabet hal itu.

“Tenang, dia sendirian kok! Tenang saja.”

Farhan Sidqy, sang mantan ketua kelas 3 SMP itu, mendekati kami dan memberikan berita yang sebenarnya kepada kami. Kamipun mendengarkan berita tersebut.

“Semuanya, dengarkan dulu beritaku. Sebenarnya, kemarin, menjelang perpisahan, orang tuaku sudah mengancam kepadaku. Jika tidak diikut sertakan dalam acara perpisahan ini, nanti aku akan dikirim ke Gontor, menjadi Santri disana, setelah ini. Dan kalian tahu apa yang paling aku tidak sukai?”

Farhan membuat tanda tanya. Tidak ada dari kamipun yang berhasil menjawab pertanyaan sang ketua.

“Aku paling tidak suka kalau aku sendirian. Apalagi tanpa Game.”

Ada seorang yang memperdebat pembicaraan ini. Zidqy Rahman namanya. Dia sedikit lebih tinggi daripada Brian. Dia anggota club basket kebanggan SMP kami.

“Jadi intinya kamu tidak mengikuti konvoi ini?”
“Iya, apalagi sudah dilarang oleh orang tuaku untuk ikut konvoi, apalagi pakai motor. Dan yang membuat mustahil aku bisa berbadung ria itu, didalam, orang tuaku menunggu. Dan dalam waktu secepatnya harus kembali kedalam untuk ikut orang tuaku pulang. Mungkin wakil ketua bisa menemani kalian berkonvoi. Yap! Donny, bisakah kamu temani temanmu untuk berkonvoi?”

Wakil ketua kelas kami yang menjadi primadona. Namanya Donny Hikmansyah. Dia mempunyai suara yang lebih maskulin. Namun, menurut rumor, Dia ternyata Cewek. Itu terbukti dari tes UKS sekolah kami yang dibawahi oleh Bu Novi Iskandarwati, bahwa, dia pernah Datang bulan. Dan sekarang, dadanya semakin subur. Hus, jadi terlalu vulgar. Tapi untungnya aku rahasiakan ini sampai lulus SMA nanti. Supaya dia tambah semangat menjalani hari dengan kegiatan yang sering dilakukan oleh cowok. Dan tentunya supaya lebih mengerti perasaan cowok.

“ Bisa, Farhan. Akan kupimpin mereka untuk berkonvoi. Sudah, Farhan, pulanglah dengan orang tuamu. Cepat istirahat ya? Kan capek sehabis ujian sebulan.”
“Kamu kan cowok, kenapa perhatian samaku terus sih? Memangnya kamu gak laku?”

Dia menjawab dengan sedikit suara nge-bass.

“Karena kesehatan ketua lebih penting. Dan aku sudah punya cewek, tapi tempat cewek itu berjauhan. Dia ada di Bogor.”

Dia mulai menunjukan muka mesumnya.

“Memangnya dia cewek periangan ya? Namanya siapa?”

Dia menjawab dengan sedikit suara nge-bass sekali lagi.

“Ya. Dia bernama Yashinta, anak IPB. Emang, ada apa?”

Diotakku saat itu terdeteksi ucapannya sebagai ( Yuri Detected.. 0.0’ )

Dia menghilangkan muka mesumnya.”Dia kan jago silat, gak ditakol tuh?”

“Gak. Ayo semuanya, nyalakan mesin kalian! Kita tinggalkan ketua kelas yang semakin hari semakin gak jelas!”


Akupun segera menyalakan mesin motor Honda classic 4 tak. Tapi akupun turut kasihan dengan Farhan. Bab ini selesai dengan dimulainya konvoi. Bersambung.

Jumat, 05 April 2013

AMBORA AFTER EFFECTS COMIC SERIAL

AMBORA AFTER EFFECTS COMIC SERIAL

 Single Link

 Gunung Tambora yang eksotis ternyata menyimpan sejarah yang sangat mengerikan bagi dunia. Bagaimana tidak? Dia telah membuat NAPOLEON KALAH dalam perang di WATERLOO, PERANCIS. Tetapi berpikirlah positif, dengannya, SEPEDA GAYUH berhasil ditemukan!!! Dan bagaimanakah serunya petualangan sang Author dalam menjelajahi masa lampau untuk mencegah angka kematian karena TAMBORA meningkat? Baca online disini